2 Pondasi Utama yang Harus Dibangun dalam Mengajar
Jika Anda ingin membangun rumah, tentu yang dibangun pertama adalah pondasi yang kuat. Semakin kuat pondasi, maka bangunan pun juga akan semakin kokoh.
Begitu juga dalam mengajar bukan?
Nah, berikut 2 pondasi yang mesti dibangun dalam mengajar yang perlu kita kokohkan.
1. Ciptakan image positif
Dari dulu saya semangat belajar tergantung siapa gurunya. Saya yakin Anda tentu juga merasa seperti itu.
Itu juga yang dirasakan anak didik kita.
Lalu guru yang bagaimana?
- Apakah guru yang selalu ngajar dengan bawa alat peraga? Ah gak juga, buktinya ada guru yang saya sukai jarang sekali bawa alat peraga
- Apakah guru yang pintar ngelawak? Ah gak juga, ada juga guru yang gak pintar ngelawak sama sekali, kalem, tapi saya suka sama beliau
- Apakah guru yang selalu ngajar dengan nyisipkan permainan? Ah gak juga, ada juga guru favorit saya yang ngajar gak pernah pakai permainan
- Apakah guru yang tidak pemarah? Ah gak juga, ada juga guru saya yang suka marah kepada anak didik yang kelakuannya di luar batas kewajaran, tapi saya suka sama pribadi beliau
Lalu guru yang bagaimana yang mestinya, yang image guru tersebut positif?
Jawaban saya adalah guru yang selalu berpikir positif.
Kok guru yang selalu berpikir positif?
Jadi gini, kita semua tidak suka sama sesuatu negatif. Meskipun hanya berbentuk pikiran negatif.
Nah sedangkan pikiran itu menular lho.
Mudahnya gini, coba perhatikan teman Anda. Anda tentu tidak suka dekat-dekat teman yang sifatnya kurang baik, pikiran dan sikapnya negatif. Misalnya, setiap hari sukanya ngeluuuuh aja, setiap hari ngarep bantuan temen aja, bahkan setiap hari bisanya nyalahkan sama ngomen kesalahan orang terus. Bentar-bentar merajuk, bentar-bentar marah, bentar-bentar sedih, ahhh....#lelah hati ngadepin orang kaya gini.
Nah begitu juga dengan guru. Guru yang berpikiran positif akan terpancar dari cara dia berbicara, body leanguange, sikap, tindakan, respon.
leh karena itu, penting untuk selalu menjaga pikiran positif.
Pikiran positif = sikap positif = image positif = membangun semangat belajar anak didik.
Jadi tugas guru yang pertama adalah membangun image diri dulu.
Biasanya saya setting dulu dari awal untuk selalu berpikir positif, membayangkan sesuatu yang positif yang akan terjadi, merasakan suasana positif nantinya jika ngajar. Anda juga bisa melakukannya sebelum memasuki kelas, baru tiba di sekolah, bangun pagi atau sebelum tidur.
Luruskan dulu niatnya. Niatnya mengajar, adalah ibadah karena Allah, insyaAllah ngajar jadi berkah. Namun jika merasa mengajar adalah pekerjaan yang menyusahkan, maka sepanjang hari akan menjadi hari yang berat. Anak didik pun jadi gak tertarik dengan Anda.
Oh ya jika masih kesulitan, biasanya saya cukup mengingat kalimat "pikiran positif". Sederhana sekali ya?
Iya sangat sederhana, tetapi otak bekerja luar biasa. Karena otak bisa merespon kata tersebut dan menjabarkannya dengan benar. Serta mengarahkan tubuh bertindak mengikutinya.
2. Membangun pikiran positif anak didik
Ini yang terkadang tidak disadari oleh kita sebagai guru. Kenapa ada anak didik yang malas ketika di kelas, malas kalau kita yang ngajar.
Permasalahannya sama dengan kita. Yaitu dia tidak berpikir positif. Atau dengan kata lain, pikirannya sedang berada di zona negatif.
Tugas kita menumbuhkan pikiran positif mereka.
Langkah awal sudah pasti dimulai diri guru terlebih dahulu. Seperti yang saya sampaikan di awal tadi, pikiran itu menular.
Pikiran positif kita akan merespon ke tubuh, gerak-gerik, sikap, perilaku, tutur bahasa. Dan semua itu dapat dirasakan oleh anak didik kita.
Selalu menjaga hal itu akan terbentuk dengan sendirinya image positif diri. Jika kita sudah memiliki image positif maka anak jika melihat kita saja sudah senang.
Anda ngerasa gak gitu sewaktu sekolah? Jika Anda melihat guru yang Anda senangi, maka ada semangat tersendiri jika beliau yang ngajar.
Tapi jika image guru yang terbangun tidak menyenangkan, maka Anda pun malas jika beliau yang ngajar.
Oleh karena itu, penting membangun pikiran positif pada anak.
Caranya bisa dengan membuat pelajaran menjadi bermakna. Meskipun tentu rasa bosan gak bisa dihindarkan, tetapi bisa membuat pelajaran yang membuat mereka terlibat, ada interaksi. Tidak hanya datang, duduk, diam, dengarkan, dan akhirnya gak ngerti apa yang disampaikan.
Selain itu, bisa juga dibantu dengan game, bercerita lucu, atau buat pelajaran penelitian.