3 Kebiasaan Orang Tua, tanpa Disadari Mengajarkan Anak Berbohong
Seperti yang kita ketahui, terkadang anak-anak bisa berbohong. Tapi tau kah rekan sekalian, mengutip dari PBS Kids for Parents, berbohong adalah hal biasa di kalangan anak-anak.
Faktanya, sebuah penelitian di University of Waterloo yang mengamati anak-anak di rumah mereka sendiri menemukan bahwa 96 persen anak-anak kecil berbohong pada titik tertentu. Rata-rata anak berusia empat tahun, setiap dua jam, dan anak usia enam tahun rata-rata berbohong setiap jam.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa anak berbohong?
Pertama, diantara mereka ada yang belum bisa membedakan antara fantasi dan realita.
Yang kedua, karena mereka belajar.
Lah kok belajar?
Ya belajar, belajar dari orang di sekitar, terutama orang tua mereka..
Bukankah orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya? Artinya, segala kebiasaan, tingkah laku, gerak-gerik orang tua, sadar dan tanpa disadari banyak mereplika ke anaknya.
Sayangnya, ada kebiasaan yang bisa berdampak buruk bagi anak-anak, bahkan tanpa disadari dapat mengajarkan anak berbohong.
Makanya, tidak heran dalam keseharian kita menemui anak bisa berbohong. Meskipun kita selalu mendidik dan mengajarkan anak hidup jujur.
Nah bisa jadi 3 hal ini yang sering kita lakukan, sehingga menjadi pelajaran anak untuk belajar berbohong. Lalu, apa saja kebiasaan tersebut? Berikut selengkapnya.
1. Memberikan ancaman yang tidak ditepati
Ancaman yang ditepati, sama dengan kata-kata omong kosong.
Bahasa kasarnya, "Ah, ngomong doang".
Justru dengan ancaman hukuman, bisa berbalik buruk bagi anak.
Seperti kata Dr Nancy Darling, Ketua Psikologi di Oberlin College dan penulis Thinking About Kids on Psychology Today, yang dikutip dari Fatherly
"Kau menarik perhatian pada hukuman dan mengajar mereka untuk menjadi licik, diambil dan dihindari hukuman."
Sejatinya, ancaman biasanya digunakan orang tua agar anak mau menuruti atau menghindari perilaku/ perbuatan yang dilarang.
Namun sayangnya orang tua terkadang memberikan ancaman yang berlebihan. Yang mana, ancaman tersebut sulit direalisasikan.
Contohnya,
"Sudah ribuan kali ibu bilang, jangan lari-lari di sini, jika kamu masih lari-lari, ibu patahkan kaki mu!".
Pas si anak kelupaan lagi, dia lari-lari lagi. Tapi gak dipatahkan tuh kakinya.
Pernah begitu?
Atau contoh lain seperti ini,
"Jika kamu pulang masih dengan baju kotor, ibu bakar semua baju mu".
Pas pulang dengan baju kotor, ternyata gak dibakar tuh, meskipun ibu masih dengan marah-marah yang membara.
Dibenak si anak, "Hmm... ternyata ibu gak sungguh-sungguh, mana mungkin ibu mau bakar baju ku".
Tanpa disadari, momen tersebut menjadi membekas. Yang disayangkan lagi, kejadian seperti itu berulang kali.
Akhirnya, anak pun sulit membedakan yang mana orang tua saat serius, dan yang mana saat tidak serius.
Jadi apakah tidak boleh menerapkan ancaman?
Sejatinya boleh saja, namun semestinya jangan sampai memberi ancaman hukuman yang berlebihan dan tidak mungkin terwujud.
Alangkah lebih baik yang ringan-ringan saja, dan sifatnya yang mendidik.
2. Berjanji yang tidak ditepati
Ayo siapa di sini yang mudah sekali berjanji sama anaknya, tapi suka tidak menepati?
"Nanti Ibu belikan baju baru"
"Nanti kalau ibu keluar kota, ibu belika mainan."
"Nanti besok saja kita mainnya, bapak lagi capek"
Tapi semuanya PHP. Tak terwujud.
Artinya, semua kata-kata di atas bohong bukan?
Anak anda jadi tidak akan percaya. Kepercayaannya jadi menurun.
Hal ini akan menduplikasi ke anak.
Jadi, jika dia disuruh, jangan heran seperti ini,
"Belajar ya nak".
Jawabannya, "Iya mah".
Ternyata dia gak belajar, malah sibuk main game.
"Nanti jangan lagi lari-lari di sini".
Jawabannya, "Iya bu saya janji".
Eh besoknya lari-lari lagi di depan TV.
Salah siapa ya?
Jadi, mulailah dari diri kita orang tua dan yang terdekat dengan anak, selalu menepati janji sekecil apa pun.
Oleh karena itu, jangan mudah mengucapkan janji.
Jika pun terpaksa berjanji, buat kesepakaatan dulu, jika ibu/ bapak tidak bisa menepati karena sesuatu hal, agar anak mau ngerti.
3. Menakuti dengan sesuatu yang tidak benar
Nah ini paling sering.
Cara paling cepat untuk mendiamkan anak yang rewel biasanya.
"Eh kalau masih nangis nati digigit nyamuk".
"Nak tidur udah, kalau gak tidur didatangin genderowo".
Ini jelas-jelas ngajarkan berbohong. Meskipun sekilas seperti main-main saja.
Namun sadarkah, kita sudah menebar bibit-bibit berbohong sedari kecil.
Oleh karena itu, hilangkan kebiasaan tersebut.
Penutup
Demikian 3 kebiasaan yang biasa orang tua lakukan yang berampak buruk bagi anak. Hindari ketiga kebiasaan di atas, dan jadilah tauladan yg baik. Jika ada kebiasaan yang berdampak buruk pada anak selain di atas, silahkan tambahkan di kolom komentar.